Selasa, 09 Oktober 2012

KETERPADUAN ISLAM DAN IPTEK



REVIEW

ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN







 





Lili Sadili
(59461245)






Jurusan Tadris IPA Biologi/ Fakultas Tarbiyah



KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI  (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2012





BAGIAN 1
Pengarang buku ini adalah ismail al-faruqi (direktur institut pemikiran islam internasional). Buku ini terdapat 150 halaman.
Buku asli berjudul islamization of knowledge, edisi kedua, karangan dan terbitan international institut of islamic thought, Herndon, Virginia, Amerika serikat 1989. Diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia dari bahasa malysia berjudul: pengislaman ilmu terjemahan oleh Mustafa Kasim.

Para pemegang amanah institut pemikiran islam internasional berbesar hati dapat menyumbangkan sebuah karya unik bagi para intelektual islam di seluruh dunia. Karya ini merupakan sebuah rancangan tentang islamisasi ilmu pengetahuan. Menurut kami inilah sumbangan paling tepat yang pantas diberikan, berkaitan dengan dekade pertama abad ke-15 H. Tulisan ini merupakan hasil dua kertas kerja, presiden lembaga jemaah dan direktur institut, serta partisipasi lebih dari 50 orang intelektual islam dalam seminar yang diselengarakan di islamabad pada bulan rabiulawwal 1402 H./ januari 1982 M., dan merupakan prakarsa bersama antara universitas islam islamabad dengan institut pemikiran islam internasional.
Rancangan ini sangat penting karena memperhatikan secara cermat suatu keadaan, pengalaman masa lampau serta rencana masa depan menuju satu arah perubahan yang diinginkan. Semua ini merupakan langkah dasar untuk survive dan kejayaan islam. Fakta yang tidak dapat dielakan, sebagaimana firman Allah Swt:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu bangsa selagi mereka tidak (berusaha) mengubah nasib mereka sendiri” (Q.s. al-ra’d, 13:12)
Berdasarkan pertimbangan di atas, kami beranggapan bahwa rancangan ini harus dipublikasikan, dengan harapan mendapat perhatian serius dari para pemikir islam dalam rangka membangkitkan kembali semangat kerohanian menuju keridlaan Allah Swt.
Pandanga masyarakat tentang islam telah dibutakan oleh pandangan yang dibawa para penjajah. Pandangan ini terus berkembang sampai kepada beberapa generasi walaupun penjajah telah pergi, bahkan lebih berbahaya. Keadaan ini dapat dilihat dalam semua bidang seperti pada institusi-institusi yang dibawa masuk melalui pengajaran bahasa (inggris dan perancis) di akalnagn kaum muslimin, kebijakan-kebijakan pemerintahan, perumahan dan pemukiman, pariwisata serta praktik ekonomi dan politik yang dilaksanakannya. Keadaan ini terus terbawa hingga ke dalam pemahaman ide-ide tentang alam nyata, manusia dan masyarakat yang mereka pegang.
Faktor utama penyebaran pandangan asing ini adalah menduanya sistem pendidikan. Pertama, sistem pendidikan “modern” dan kedua, sistem pendidikan “islam”. Dualismenya sistem pendidikan ini melambangkan kejatuhan umat islam. Hal ini perlu diatasi, jika tidak, sistem tersebut akan tetap menjadi penghalang setiap usaha restrukturisasi umat sebagaimana yang diamanhkan Allah Swt.


BAGIAN 2

BAB 1
MASALAH
  1. Krisis Umat
Saat ini umat islam berada dalam posisi terbawah jika diukur dengan bangsa lain di dunia. Umat islam dikalahkan, dibunuh secara biadab, terinvasi tanah airnya, kekayaan, kehidupan dan harapan mereka. Mereka dipengaruhi gara lebih condong ke arah sekuler dan dilumpuhkan kekuatan jiwa islamnya oleh para penggerak eksternal dan internal musuh. Mereka difitnah dan dilecehkan dalam perwakilan seluruh dunia. Akibatnya, mereka mendapatkan gambaran terburuk di dunia saat ini.
Dunia umat islam selalu digambarkan dalam keadaan perselisihan dan perpecahan internasional, pergolakan dan pertentangan antar sesama, peperangan serta ancaman umat islam terhadap keamanan dunia, kekayaan dan derita kemiskinan, kesengsaraan serta wabah penyakit. Dalam pikiran barat, dunia islam merupakan dunia “orang yang sakit” dan akibatnya seluruh dunia terpengaruh dengan asumsi bahwa, akar dari kebinasaan adalah agama islam.
  1. Dampak utama krisis umat
a.       Konteks politik
b.      Konteks ekonomi
c.       Konteks kebudayaan dan agama
  1. Egoisme sebagai puncak dan akar “krisis”
Tidak diragukan lagi bahwa puncak dan akar “krisis” umat ialah sistem pendidikan. Inilah akar masalahnya. Sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan tinggi terus menjalankan dan memelihara pemisahan antara pelajar dengan islam serta warisan ilmu dan metodologinya.
a.      Kondisi pendidikan di dunia islam saat ini
Dalam perkembangannya selama ini, kedudukan pendidikan di dunia islam amat menyedihkan. Bila islmaisasi dikaitkan, sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan tinggi, baik yang tradisional maupunsekuler, kini begitu lantang memepertahankan tesis-tesis yang tidak bercorak islmai dan begitu memikat mayoritas pemuda islam, tidak seperti sebelumnya.
Hal tersebut dimulai pada saat administrasi kolonial, sistem pendidikan barat telah mendapat dukungan yang besar untuk menyingkirkan sistem pendidikan islam.
b.      Kekurangan visi
Semua sistem yang tidak sesuai dengan islam telah dilaksanakan, tetapi apa yang dihasilkan bukanlah model barat tetapi sebuah karikatur. Sebagaimana model pendidkan islam, model pendidikan barat juga meletakkan sepenuhnya kepada visi, walaupun berbeda dari visi islam, tetapi punya tekad yang kuat untuk direalisasikan. Hampir dua abad pendidikan sekuler cara barat diajarkan kepada umat islam, namun umat islam belum menghasilkan apa-apa.
Materi dan metodologi yang sedang diajarkan dalam dunia islam merupakan salinan dari materi dan metodologi barat, tetapi barat sama sekali tidak kehilangan visi pendidikannya. Tanpa visi mereka menjadikan hal tersebut kehilangan kesungguhannya. Tanpa disadari, materi dan metodologi ini terus mencengkram dan mengikis ruh islam di kalangan para pelajar.
Dalam dunia islam, visi islam tidak diajarkan langsung kepada semua pelajar tidak sebagaimana dalam tradisi barat yang mengajarkan visi kepada semua pelajar sekolah menengah atas dengan konsisten, integral, penuh komitmen dan kesungguhan serta komprehensif.






BAB 2
TUGAS

  1. Pendahuluan
            Tugas utama yang mesti dilakukan oleh umat islam di abad ke-15 H adalah menyelesaikan masalah pendidikan. Tidak ada kebangkitan umat yang benar-benar dapat diharapkan tanpa memperbaiki sistem pendidikannya. Yang diperlukan ialah mereformasi sistem. Sistem pendidikan di dunia islam yang saat ini terbagi kepada, sistem pendidikan islam dan sistem pendidikan sekuler haruslah diubah atau dihapuskan.
  1. Mengitegrasikan sistem pendidikan
Sistem pendidikan islam yang terdapat di lembaga pendidikan tinggi dan menengah dengan peringkat perguruan tinggi atau jami’ah seharusnya diintegrasikan dengan sistem pendidikan sekuler di sekolah-sekolah dan universitas. Integrasi ini seharusnya melahirkan suatu sistem pendidikan baru yang seragam dengan mengambil hal-hal terbaik dari ke dua sistem tersebut, yakni sumber keuangan pemerintah dan kewajiban akan visi islam.
Sistem baru tersebut memungkinkan untuk berupaya mendapat lebih banyak manfaat jika pemerintah setuju guna memeperoleh bantuan-bantuan yang tidak mengikat.
  1. Menanamkan visi islam
Penyatuan kedua sistem pendidikan ini diharapkan dapat dilaksanakan dibanding sekedar menggunakan sistem islam dan otonomi sistem sekuler. Penyatuan ini diharapkan dapat membawa ilmu-ilmu islam kepada sistem sekuler dan ilmu-ilmu modern kepada sistem islam. Untuk menanamkan visi islam ada beberapa cara, diantaranya:
a.       Kewajiban mempelajari kebudayaan islam.
b.      Islamisasi ilmu pengetahuan modern.


BAB 3
Metodologi Tradisional

  1. Kelemahan Metodologi Tradisional
Akibat pemusnahan yang dilakukan orang kafir terhadap umat islam pada abad ke-6 dan ke-7 H, penaklukan kaum tartar timur dan tentara salib dari barat, menyebabkan para pemimpin islam kehilangan semangat dan keyakinan diri. mereka juga meninggalkan sumber utama kreativitas perundang-undangan yaitu ijtihad, dengan menyatakan bahwa pintu ijtihad telah tertutup.
Dengan ini syariah kekal sebagai sistem tertutup hingga kini saat ilmu pengetahuan dan teknologi modern memberi kekuatan kepada barat untuk menggempur dan mengalahkan umat islam.
  1. Faqih dan Fiqih, Ijtihad dan Mujtahid
            Istilah faqih berarti memiliki ilmu syariah dari asal katanya yaitu fiqh, menunjukan seseorang yang telah mempelajari ilmu fiqh. Faqih dan fiqh artinya menguasai ilmu pengetahuan syariah dari semua mazhab perundang-undangan.
            Dalam sistem tradisional, beberapa usha pembaruan telah dilakukan, meskipun umat islam di semua tempat sadar dan menerima usulan untuk membuka kembali pintu ijtihad tetapi langkah itu gagal karena para mujtahid tidak berubah, yaitu:
a.       Kualifikasi-kualifikasi para lulusan madrasah tradisional.
b.      Kemampuan pemahaman para mujtahid seperti yang diperlukan oleh seorang faqih.
Hal tersebut membatasi ijtihad dengan keputusan para ulama atas setiap kegiatan orang islam dalam kehidupan kesehariannnya.
  1. Pertentangan Antara Wahyu dan Akal
            Sebenarnya pemisahan ini berasal dari logika yunani dan berpengaruh terhadap sebagian umat islam yang sangat berhasrat mempergunakan metodologi-metodologi tersebut untuk meyakinkan masyarakat non islam tentang kebenaran islam. Keadaan ini menyebabkan keduanya: wahyu dan akal berada di satu lorong terpisah.
            Pemisahan antara wahyu dan akal sama sekali tidak dapat diterima. Hal tersebut berpengaruh negatif bagi seluruh ruh islam, bertentangan dengan ajaran utama al-Qur’an dalam berargumentasi, menganalisis segala masalah secara rasional, memihak kepada argumentasi sederhana dann lebih rasional. Secara tegas, islam mengajak manusia agar mempergunakan akal dan kemampuan alamiahnya untuk membuat suatu pertimbangan atas semua tuntutan dan pilihan serta senantiasa berada dalam keadaan yakin.
Penekanan berlebihan kepada akal dengan menggunakan kepercayaan firasat menyelewengkan kehidupan tentang keyakinan akal itu sendiri.
  1. Penyisihan Pemikiran dari Tindakan
Pemimpin merupakan pemikir dan pemikir adalah pemimpin. Oleh karena pemikiran islam ditegakkan ke arah realitas alamiah, maka ikatan yang terbina dari kehidupan dan praktik ini menghasilkan laboratorium yang dapat dipergunakan sebagai tempat percobaan ide-ide kreatif pemikiran islam. Kehidupan nyata rakyat menjadi objek pemikiran yang berkesinambungan para pemimpin, pemikiran yang dipergunakan dalam menyelesaikan masalah umat pun disesuaikan dengan keperluan saat itu. Umat menjadi makmur di setiap aspek.
Kemudian, perpaduan antara pemikiran dan tindakan terpisah. Akibatnya terjadilah kekacauan dan keadaan ini menyebabkan para bijak teralienasi dan terpisah dari mereka. Di antar mereka mulai memuaskan kepentingannya dengan menghalalkan masalah-masalah yang bertentangan dengan norma-norma dan kebenaran.
  1. Dualisme Agama dan Kebudayaan
Jalan yang lurus meruapakan harapan semua pihak dan dipraktikan oleh kaum muslimin sebagai jalan penyatuan dari visi islam. Pada saat kejatuhan islam dan pemisahan pemikiran daeri praktik atau tindakan, jalan tersebut terpecah dua: jalan Allah atau kesalehan dan jalan keduniaan. Yang pertama patut disanjung dan melibatkan semua nilai agama dan etika. Sedangkan yang kedua patut dikaji dan mengandung dunia materi dengan semua nilainya.
Jalan kedunaiaan telah mengembangkan sistem yang tidak bermoral, bebas dari yang seharusnya dijalankan sebagaimana yang digaungkan para pemuda islam sebagai satu pencarian khusus untuk memperoleh umat muslim yang lain.


BAB 4
Prinsip Dasar Metodologi Islam

  1. Keesaan Allah
Prinsip tauhid, mengesakan Allah Swt. Adalah prinsip utama dalam islam, dan apa saja yang islamiah ialah keesaan kepada Allah Swt. Tidak ada Tuhan selain Allah, tidak ada satu masalah pun selain dari-Nya.
  1. Kesatuan Alam Semesta
a.      Hukum Alam
            Sebagaimana konsekuensi logis dari keesaan Allah Swt, kita harus mempercayai kesatuan ciptaan-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam kitab suci al-Qur’an:
“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka maha suci Allah yang mempunyai Arsy dari apa yang mereka sifatkan.” (Q.s. al-Anbiya, 21:22)
b.      Penciptaan: Sebuah Tujuan yang Mempunyai Sasaran
Allh Swt. Mencipta dan memberikan kemampuan sesuai dengan pertimbangann-Nya. Pertimbangan ini dijelaskan oleh firman-Nya:
“Dia ini memberikan kepada setiap sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukuranya dengan serapi-rapinya.” (Q.s. al-Furqan, 25:12)
c.       Merendahkan (Taskhir) Alam kepada Manusia
            Allah Swt. telah mengkaruniakan alam ini sebagai penggung yang bersifat sementara kepada manusia. Manusia telah membuat alam tunduk kepadanya agar dapat dimanfaatkan sebagai tempat hidup dan penghidupannya.
  1. Kesatuan Kebenaran dan Pengetahuan
Kebenaran akal sudah tentu mempunyai ilusi, penyimpangan dan keraguan. Kesanggupan mengintropeksi diri tidak saja memeberikannya perlindungan yang baik juga tetapi berhubungan dengan kebenaran dan realitas tertinggi, karena manusia berhadapan dengan bahaya yang memerlukan legitimasi kebenaran dari wahyu. Apabila perjalanan akal tidak begitu mempunyai kepastian yang utuh, cahaya keimanan dapat memberikan kepastian ini.
Apabila dikaitkan dengan teori ilmu pengetahuan, kedudukan islam paling tepat yang dapat dijelaskan sebagai kesatuan kebenaran. Kesatuan ini bersumber dari keesaan mutlak Allah. Al-Haqq (kebenaran) merupakan nama Tuhan. Pertama, kebenaran dirumuskan berdasarkan wahyu. Kedua, kebenaran menyatakan bahwa tidak ada pertentangan, perbedaan atau pun deviasi anatar keyakinan akal dan wahyu. Ketiga, kebenaran ataupun identitas hukum-hukum alam dengan pola-pola maha pencipta yang terumuskan bahwa tidak ada pengamatan atau penelitian terhadap hakikat alam dapat ditemukan titik pemecahan akhirnya.
  1. Kesatuan Kehidupan
a.      Amanah Tuhan
Dalam al-Qur’an, Allah berfirman:
“Dan bila (setelah menjadikan langit dan bumi) Allah memebri tahu para malaikat bahwa Dia berkira-kira untuk menjadikan....”(Q.s. al-Baqarah, 2:30-34)
            Islam selalu menekankan bahwa manusia mempunyai suatu raison d’etre, yaitu mengabdikan diri kepada Allah Swt.
b.      Khalifah
            Manusia memikul amanah Tuhan sebagai khalifah ataupun wakil Tuhan khalifahan manusia juga harus melaksanakan hukum-hukum moral. Hukum moral dan agama merupakan satu kesatuan, walaupun yang terakhir menyuruh kita hanya untuk melakukan berbagai ritual keagamaan.
c.       Perlengkapan
Konsep islam tentang kebudayaan dan peradaban sangatlah lengkap. Kelengkapan dasar instrumen ini terdapat dalam syariah. Setiap aspek kehidupan manusia dipengaruhi secara korelatif oleh islam.
  1. Kesatuan Kemanusiaan
            Karena Allah pencipta yang esa, keesaan Allah itu termanifestasi pada diri manusia. Ini berarti bahwa semua manusia mempunyai hubungan dengan penciptanya.manusia dapat dan memang berbeda-beda seperti yang dilihat pada stiap bangsa, warna kulit, bentuk badan, kepribadian, bahasa dan kebudayaan.
            Argumen diatas berdasarkan firman Allah swt:
“Allah telah menjadikan manusia dari laki-laki dan perempuan, bersuku-suku dan berbangsa untuk saling mengenal sesama. Orang yang mulia di antara kamu ialah yang lebih beriman kepada Allah.” (Q.s. al-Hujurat, 49:13)
  1. Sifat Wahyu dan Akal yang Saling Melengkapi
            Pemahaman seorang muslim tentang wahyu dan akal adalah hasil dari ajaran yang berdasarkan ontologi islam. Allah telah mengkaruniakan manusia dengan akal yang memungkinkan ia mengenal alam sekelilingnya. Wahyu diturunkan untuk memebri petunjuk ke arah pengetahuan mengenai realitas tujuan hidup, kewajibannya dan menegaskan komponen-komponennya. Jadi, wahyu dan akal merupakan perkara yang saling melengkapi dan amat diperlukan untuk menjamin kesempurnaan hidup di dunia.

BAB 5
Rencana Kerja

  1. Obyek Rencana Kerja
a.       Penguasaan disiplin ilmu pengetahuan modern
b.      Penguasaan warisan ilmu pengetahuan islam
c.       Menentukan relevansi islam dengan setiap bidang ilmu pengetahuan modern
d.      Mencari sisntesis krestif antara warisan ilmu pengetahuan islam dengan ilmu pengetahuan modern
e.       Memberikan arah bagi pemikiran islam ke jalan yang sesuai dengan petunjuk Allah Swt.
  1. Langkah-Langkah Penting dalam Islamisasi Ilmu Pengetahuan
a.       Langkah 1, menguasai dan mahir dalam disiplin ilmu pengetahuan modern: penguraian kategori
b.      Langkah 2, tinjauan disiplin ilmu pengetahuan
c.       Langkah 3, menguasai warisan islam: sebuah ontologi
d.      Langkah 4, menguasai warisan islam: tahap analisis
e.       Langkah 5: penentuan penyesuaian islam yang khusus terhadap disiplin-displin ilmu pengetahuan
f.       Langkah 6, penilaian kritis terhadap disiplin ilmu pengetahuan modern: hakikat dan kedudukannya saat ini
g.      Langkah 7, penilaian kritis terhadap warisan islam: perkembangannya saat ini
h.      Langkah 8, kajian masalah utama umat islam
i.        Langkah 9, kajian tentang masalah yang dihadapi umat manusia
j.        Langkah 10, analisis kreatif dan sintesis
k.      Langkah 11, membentuk kembali disiplin iulmu modern dalam kerangka kerja islam: buku teks universitas
l.        Langkah 12, pendistribusian ilmu yang telah diislamkan
  1. Alat Bantu Lain yang Diperlukan untuk Memepercepat Islamisasi Ilmu Pengetahuan
a.       Konfrensi dan seminar
b.      Lokakarya untuk pembinaan para pegawai
  1. Peraturan Tambahan untuk Pelaksanaan
a.       Pada tingkat perkembangan akademis umat islam sekarang, tidak sewajarnya untuk mengharapkan para sarjana islam mau menyumbangkan hasil kerja mereka secara gratis.
b.      Inilah pangkal masalah beralihnya tenaga-tenaga akademis ke luar negeri untuk mengabdikan diri.
c.       Fokus perhatian harus diambil untuk memastikan hanya srajana berkemampuanlah yang ditugaskan untuk menulis rancangan bahan-bahan pengajaran.
d.      Kemungkinan gagal adalah hal lain yang perlu dipelajari secara tegas dan dalam hal ini tidak ada kompromi.
e.       Apabila tujuan kerja tersebut terlalu sulit, maka harus dipecahkan kepada beberapa bagian kecil.
f.       Karena usaha ini merupakan usaha”pertama” dalam dunia islam dan manfaatnya akan dinikmati seluruh negara islam. Maka islamisasi ilmu pengetahuan modern meruapakan fardu ain seluruh umat islam selama tidak ada abadan khusus yang bertugas untuk melaksanakannya.



BAB 6
Agenda Institut
  1. Agenda-Agenda Obyektif
Keterlibatkan umat islam yang ikhlas ataupun lembaga akademis dan kebudayaan yang berminat mencari solusi secara akademis dan ideologis akan diterima dengan tangan terbuka. Ini merupakan rencana mengislamisasikan ilmu pengetahuan agar selaras dengan pemikiran islam serta menghidupkan metodologinya dengan mengembalikan otensitasnya yang dinamis dan kreatif serta sebagai upaya kontributif.
  1. Tahap Agenda
Usaha-usaha ke arah perbaikan pemikiran, metodologi-metodologi dan ilmu-ilmu pengetahuan islam memerlukan penugasan di berbagai bidang serta saluran yang berkaitan, yaitu: pembinaan pemahaman dan kesadaran, penjelasan pemikiran islam, konsepsi dan metodologi, menguasai warisan, mempunyai kemahiran terhadap ilmu pengetahuan mutakhir, buku-buku teks mengenai disiplin, prioritas dalam penelitian ilmu, dan kaderisasi akademis.


BAB 7
Penjelasan Penting
  1. Islamisasi Umum
Siapa saja yang menyadari keadaan umat masa ini mengetahui bahwa tanpa visi yang menyeluruh dan padu, krisis yang dihadapi tidak dapat diselesaikan dengan memfokuskan perhatian pada aspek-aspek tertentu atau isu penting dan mengabaikan yang lain (apapun alasan atau sebab untuk melakukannya). Psikologi, tanggapan dan sejarah umat berlandaskan islam dan tujuan “islmaisasi” mencakup permasalahan yang berlaku “masa kini” dan “modern”.
Perlu ditegaskan di sisni bahwa, “islamisasi” melambangkan kebenaran, keadilan, perubahan dan pembaruan yang melibatkan seluruh umat islam.
  1. Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Islamisasi ilmu pengetahuan merupakan salah satu aspek islamisasi secara keseluruhan, islamisasi ilmu pengetahuan ialah kerangka kerja yang menyeluruh dan menetukan tahap perkembangan individu dan masayarakat, pemikiran dan tindakan, pendidikan dan praktik, pengetahuan dan organisasi, pemerintah dan rakyat, dunia masa kini dan masa yang akan datang.
  1. Keutamaan dalam Rencana Umat untuk “Islamisasi Ilmu Pengetahuan”
Yaitu membangun institusi yang realistis bagi masyarakat muslim dan mampu menawarkan bantuan kepada umat dalam menyelesaikan masalah dengan pemikiran yang orisinal dan kreatif.
Kita perlu meningkatkan diri dalam prinsip-prinsip dasar dan warisan islam serta mendapatkan pengetahuan yang sesuai mengenai ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu terapan saat ini.
  1. Keutamaan dalam Rencana Institut
Institut ini berharap dapat mengintegrasikan usaha-usaha berbagai lembaga akademis dan individual dari kalangan umat dalam membuka jalan untuk mendapatkan keahlian dan penguasaan berbagai prinsip penting serta warisan yang bernilai.

BAB 8
Kebutuhan Keuangan

  1. Wakaf dan Penanaman Modal
Dukungan terhadap kegiatan kesejahteraan dan pelayanan umum dalam bentuk sumbangan-sumbangan resmi yang terbatas menyebabkan umat kehilangan salah satu dari sumber bantuan yang paling utama guna melakukan aktivitas yang kreatif dan inovatif. Pada zaman kegemilangan umat dahulu, melalui pemberian wakaf yang berkelanjutan, individu-individu tertentu dapat melakukan kegiatan sosial dengan memberi bantuan kepada organisasi swasta. Untuk itu, institut wakaf mendapatkan tempat yang amat tinggi di sisi islam.


BAGIAN 3
KOMENTAR
  1. Kelebihan
  1. Kata-kata dalam buku ini sangat jelas dan mudah dipahami oleh kalangan orang yang berpendidikan, sehingga mudah memahaminya.
  2. Buku ini memotivasi kita selaku umat islam untuk melihat kembali visi islam.
  3. Setelah saya baca buku ini banyak ilmu yang di dapat. Salah satu diantaranya adalah kesadaran dari dalam diri saya, bahwasannya pendidikan di negara kita ini masih mengacu pada barat.


  1. Kekurangan
  1. Banyak sekali kajiannya dan tidak ringkas sehingga orang yang tidak berpendidikan sangat sulit memahaminya.
  2. Tidak ada ayat al-Qur’annya ketika berkaitan dengan kajian dalam buku ini, hanya ada terjemahannya saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar